5 Analisis Strategic Conflict Management: Terra Drone Pasca Insiden Kebakaran

Terra Drone Pasca Insiden Kebakaran: 5 Analisis Strategic Conflict Management

Terra Drone Pasca Insiden Kebakaran: 5 Analisis Strategic Conflict Management
Ilustrasi Pemadam Kebakaran (pexels.com/@tomfisk/)
Dibaca normal sekitar 10 menit
oleh Darwadi

Insiden kebakaran yang menimpa kantor Terra Drone pada tanggal 9 Desember 2025, sebagaimana diberitakan oleh Kompas.com dengan tajuk "8 Fakta Kebakaran Kantor Terra Drone: Akses Minim hingga Baterai Pemicu Api", menempatkan perusahaan dalam situasi krisis yang serius. Pemberitaan ini menyoroti dua aspek kritikal yang berpotensi merusak reputasi perusahaan secara permanen, kegagalan operasional teknis (baterai sebagai pemicu api) dan kelalaian struktural (akses minim yang menghambat evakuasi atau pemadaman).

Dalam perspektif Public Relations (PR), kejadian ini bukan sekadar musibah fisik, melainkan krisis manajemen yang mengancam license to operate dan kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholders). Publik, investor, dan regulator akan mempertanyakan standar keselamatan dan profesionalisme perusahaan teknologi yang seharusnya mengedepankan presisi dan keamanan.

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa strategi pemulihan nama baik Terra Drone menggunakan kerangka kerja yang dijabarkan dalam buku Public Relations: Strategies and Tactics (Edisi ke-11) karya Dennis L. Wilcox, Glen T. Cameron, dan Bryan H. Reber. Fokus utama analisis ini adalah penerapan Strategic Conflict Management dan Conflict Management Life Cycle untuk mengubah situasi krisis menjadi peluang pemulihan kepercayaan.

1. Kerangka Teoretis: Manajemen Konflik Strategis

Ilustrasi teori (pexels.com/@wsilvasjb/)
Ilustrasi teori (pexels.com/@wsilvasjb/)
Menurut Wilcox, Cameron, dan Reber (Bab 10), Public Relations didefinisikan sebagai "manajemen strategis persaingan dan konflik demi kepentingan organisasi sendiri, dan jika memungkinkan, juga demi kepentingan bersama organisasi dan berbagai pemangku kepentingannya".

Dalam konteks Terra Drone, pendekatan ini menuntut praktisi PR untuk mengembangkan strategi komunikasi yang memengaruhi jalannya konflik demi keuntungan organisasi.

Siklus Hidup Manajemen Konflik (The Conflict Management Life Cycle)

Buku ini membagi manajemen konflik ke dalam empat fase utama yang saling berhubungan satu sama lain
  1. Fase Proaktif (Proactive Phase) yang mencakup pemindaian lingkungan (environmental scanning) dan manajemen isu.
  2. Fase Strategis (Strategic Phase) yang meng-Identifikasi konflik yang muncul dan memerlukan tindakan segera, mencakup komunikasi risiko (risk communication) dan pemosisian konflik (conflict positioning).
  3. Fase Reaktif (Reactive Phase) saat konflik mencapai tingkat kritis (krisis), dimana komunikasi krisis (crisis communication) dan resolusi konflik diperlukan.
  4. Fase Pemulihan (Recovery Phase), saat setelah krisis mereda, organisasi menggunakan strategi manajemen reputasi (reputation management) dan pemulihan citra (image restoration).

Teori Kontingensi (Contingency Theory)

Wilcox dkk. menekankan bahwa respon organisasi terhadap krisis bersifat dinamis dan bergantung pada situasi ("It depends"). Sikap (stance) organisasi dapat bergerak dalam sebuah kontinum, mulai dari Advokasi Murni (membela diri sepenuhnya, menyangkal) hingga Akomodasi Murni (meminta maaf sepenuhnya, menyetujui kritik).

Dalam kasus kecelakaan yang melibatkan keselamatan publik dan kelalaian infrastruktur (akses minim), teori ini menyarankan pergeseran cepat menuju Akomodasi Murni untuk mencegah kerusakan reputasi lebih lanjut.

2. Analisis Situasi: Fase Reaktif

Ilustrasi bedah masalah (pexels.com/@olly/)
Ilustrasi bedah masalah (pexels.com/@olly/)
Saat ini, Terra Drone berada di Fase Reaktif. Berita telah tersebar luas dengan narasi negatif yang spesifik: "baterai pemicu api" dan "akses minim". Fakta-fakta ini mengindikasikan adanya unsur kelalaian (negligence).

Mengacu pada tipologi strategi komunikasi krisis yang dikemukakan oleh Timothy Coombs (dikutip dalam Wilcox, Bab 10), organisasi memiliki beberapa pilihan respon, antara lain:
  • Attack the accuser (Menyerang penuduh)
  • Denial (Penyangkalan)
  • Excuse (Dalih/Alasan)
  • Justification (Pembenaran)
  • Ingratiation (Mengambil hati)
  • Corrective Action (Tindakan korektif)
  • Full Apology (Permintaan maaf penuh)
  • Kesalahan yang Harus Dihindari
Berdasarkan fakta "akses minim", Terra Drone tidak boleh menggunakan strategi Denial atau Excuse. Jika perusahaan mencoba berdalih bahwa "akses sulit karena desain gedung lama" atau menyalahkan pihak ketiga (produsen baterai) secara agresif, publik akan melihatnya sebagai upaya lari dari tanggung jawab. Wilcox mencatat bahwa strategi defensif menjadi kurang efektif ketika organisasi dipandang bertanggung jawab atas krisis tersebut.

3. Strategi yang Direkomendasikan: Akomodasi

Ilustrasi Strategy (pexels.com/@karola-g2/)
Ilustrasi Strategy (pexels.com/@karola-g2/)
Mengingat adanya korban (implisit dalam kebakaran besar) atau setidaknya kerugian properti dan risiko bagi lingkungan sekitar, Terra Drone harus menerapkan strategi Akomodasi Murni yang menggabungkan Full Apology dan Corrective Action.

  1. Pengakuan fakta yang mengakui bahwa baterai adalah sumber api dan akses memang menjadi kendala. Transparansi adalah kunci di era digital.
  2. Permintaan Maaf (Mortification) dimana CEO harus tampil dan meminta maaf secara tulus tanpa syarat atas ketidaknyamanan dan bahaya yang ditimbulkan.
  3. Tindakan korektif nyata yang berjanji untuk merombak prosedur penyimpanan baterai dan segera memindahkan operasional atau merenovasi akses gedung demi standar keselamatan tertinggi.

4. Strategi Pemulihan Nama Baik (Recovery Phase)

Ilustrasi Recovery (pexels.com/@lilartsy/)
Ilustrasi Recovery (pexels.com/@lilartsy/)
Setelah fase akut terlewati (pemadaman api dan pernyataan awal), Terra Drone memasuki fase terpenting dalam mengembalikan nama baik: Fase Pemulihan. Di sinilah peran PR bergeser dari "pemadam kebakaran" menjadi "arsitek reputasi".

Manajemen Reputasi
Wilcox (Bab 10) menyebutkan bahwa reputasi adalah rekam jejak organisasi di benak publik. Tiga fondasi reputasi adalah:
  1. Kinerja ekonomi.
  2. Responsivitas sosial.
  3. Kemampuan memberikan hasil yang berharga bagi pemangku kepentingan.
Insiden ini telah merusak poin ke-2 dan ke-3. Publik meragukan responsivitas sosial Terra Drone (keamanan lingkungan kerja) dan kemampuannya memberikan hasil yang aman. Untuk memulihkannya, Terra Drone harus membuktikan bahwa mereka bukan hanya perusahaan teknologi yang canggih, tetapi juga perusahaan yang aman dan bertanggung jawab.

Penerapan Strategi Pemulihan Citra (Image Restoration)

Menggunakan teori William Benoit yang dibahas dalam buku, Terra Drone harus fokus pada Corrective Action (Tindakan Korektif). Ini bukan sekadar janji, melainkan perubahan kebijakan yang sistemik.

Langkah 1: Audit Keselamatan Terbuka

Perusahaan harus mengundang auditor keselamatan independen untuk memeriksa seluruh fasilitas penyimpanan baterai dan protokol operasional drone. Hasil audit ini, atau setidaknya ringkasannya, harus dikomunikasikan kepada publik. Ini menunjukkan transparansi dan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan.

Langkah 2: "Safety First" Rebranding

Jadikan insiden ini sebagai titik balik budaya perusahaan. PR harus merancang kampanye internal dan eksternal yang menempatkan keselamatan di atas inovasi.

Internal: Pelatihan wajib bagi seluruh staf mengenai penanganan baterai lithium-ion dan prosedur evakuasi.

Eksternal: Mempublikasikan standar baru pengisian daya dan penyimpanan baterai yang diadopsi Terra Drone, yang mungkin melebihi standar industri, untuk memposisikan diri sebagai pemimpin dalam keselamatan, bukan hanya teknologi.

Langkah 3: Community Relations (Hubungan Komunitas)

Karena kebakaran terjadi di lokasi fisik yang berdampak pada lingkungan sekitar ("akses minim" mungkin menyulitkan tetangga atau pemadam kebakaran), Terra Drone harus melakukan community relations yang agresif.

Mengadakan pertemuan dengan warga sekitar atau penyewa gedung lain untuk meminta maaf secara langsung.

Memberikan donasi atau peralatan pendukung kepada dinas pemadam kebakaran setempat sebagai bentuk apresiasi dan dukungan (CSR strategis).

5. Rencana Aksi Strategis (Model RACE)

Ilustrasi Aksi Strategis (pexels.com/@fauxels/)
Ilustrasi Aksi Strategis (pexels.com/@fauxels/)
Untuk mengimplementasikan pemulihan nama baik ini secara terstruktur, kita menggunakan model RACE (Research, Action, Communication, Evaluation) yang dijelaskan dalam Bab 6 buku Wilcox.

Research (Penelitian)
  1. Apa masalahnya? Hilangnya kepercayaan publik akibat persepsi kelalaian (akses buruk & baterai meledak).
  2. Siapa audiensnya? Karyawan (internal), klien korporat, regulator pemerintah, masyarakat sekitar kantor, dan media.
Metode: Lakukan pemantauan media (media monitoring) dan analisis sentimen media sosial untuk mengetahui seberapa dalam kerusakan reputasi yang terjadi. Apakah publik marah pada kecerobohan baterai atau pada akses gedung?

Action (Perencanaan Program)
Tujuannya untuk mengembalikan kepercayaan klien dan publik terhadap standar keselamatan Terra Drone dalam waktu sesingkat-singkatnya atau minimal dalam waktu 6 bulan.

Strateginya, agar bisa bergeser dari posisi defensif ke posisi kepemimpinan dalam keselamatan industri drone.

Taktik yang bisa digunakan seperti,
  1. Membentuk "Satgas Keselamatan Baterai dan Fasilitas".
  2. Relokasi kantor ke fasilitas yang memenuhi standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tinggi.
  3. Revisi SOP penanganan perangkat keras.
  4. Communication (Komunikasi/Eksekusi)
  5. Pesan Kunci, "Kami belajar, kami berbenah, dan kami menjadi lebih aman."

Communication
Saluran informasi yang bisa digunakan seperti Press Release untuk mengumumkan hasil investigasi internal secara jujur dan langkah perbaikan yang diambil. Jangan biarkan publik atau media berspekulasi dan pada website harus membuat halaman khusus "Safety Update" yang memuat progres perbaikan fasilitas. Selanjutnya Social Media seperti menayangkan Video singkat dari CEO atau Direktur Operasional yang menunjukkan fasilitas penyimpanan baterai yang baru dan lebih aman (visualisasi perbaikan).

Evaluation (Evaluasi)
  1. Mengukur perubahan sentimen pemberitaan dalam waktu dekat atau 3 bulan ke depan.
  2. Memantau retensi klien: Apakah ada klien yang membatalkan kontrak karena isu keamanan?
  3. Survey internal: Apakah karyawan merasa aman kembali bekerja di kantor?

dan terakhir,,,

Mengacu pada prinsip-prinsip dalam Public Relations: Strategies and Tactics, krisis yang dialami Terra Drone adalah ujian bagi kematangan manajemen konflik perusahaan. Fakta bahwa kebakaran dipicu oleh baterai dan diperburuk oleh akses minim adalah "fakta keras" yang tidak bisa dibantah dengan spin atau retorika semata.

Satu-satunya jalan untuk memulihkan nama baik adalah melalui strategi Akomodasi Murni dan Tindakan Korektif. Hubungan masyarakat yang efektif dalam kasus ini bukanlah tentang "memoles" citra agar terlihat baik, melainkan tentang mengomunikasikan perubahan perilaku organisasi yang nyata.

Seperti yang dikatakan Arthur W. Page yang dikutip dalam buku ini, "Public relations is 90 percent doing good and 10 percent talking about it." Terra Drone harus terlebih dahulu membereskan masalah operasional (baterai) dan struktural (akses) mereka (90%), baru kemudian mengomunikasikan perbaikan tersebut kepada publik (10%) untuk memulihkan reputasi mereka sebagai pemimpin industri yang bertanggung jawab.

Sumber
kompas.com, 2025, https://www.kompas.com/tren/read/2025/12/10/073000765/8-fakta-kebakaran-kantor-terra-drone--akses-minim-hingga-baterai-pemicu-api?source=headline

Wilcox, Dennis L, Cameron, Glen T, Reber, Bryan H, Public Relation Strategies and Tactics 11th Edition, Pearson, 2015
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!
-
yeterangkat.