4 Tahap Ngobrolin Status \"Prioritas Nasional\"

4 Tahap Ngobrolin Status "Prioritas Nasional" Bencana Galodo Sumbar Pake Teori Framing

4 Tahap Ngobrolin Status "Prioritas Nasional" Bencana Galodo Sumbar Pake Teori Framing
Ilustrasi bencana (pexels.com/@zac-frith-325758/)
Dibaca normal sekitar 5 menit
oleh Darwadi

Bencana banjir bandang lahar dingin alias "Galodo" yang ngehantam Sumatera Barat (Sumbar), Aceh, dan Sumut akhir 2025 ini emang bikin gempar. Bukan cuma karena kerusakannya yang parah banget, tapi juga karena debat panas soal statusnya. Publik maunya "Bencana Nasional", tapi pemerintah ngasihnya "Prioritas Nasional".

Dari satu artikel di Kompas.com yang judulnya "Bukan Bencana Nasional, Apa Maksud Status Prioritas Nasional untuk Sumbar?" menarik untuk dibedah. Lewat tulisan ini, kita bakal coba intip cara media ngebungkus isu ini pake kacamata Robert N. Entman. Kita gak bakal memihak siapa-siapa, cuma mau liat aja gimana berita ini ngebentuk pikiran kita, apakah status "Prioritas Nasional" ini solusi jitu, atau cuma cara halus buat ngindar dari tanggung jawab penuh?

Teori Singkat, Apa itu Framing ala Entman?

Ilustrasi Framing (pexels.com/@khaledreese/)
Ilustrasi Framing (pexels.com/@khaledreese/)
Sebelum mulai, kita kenalan dulu dikit sama alat bedah kita. Robert Entman punya teori keren namanya framing. Gampangnya, framing itu seperti milih angle foto. Pihak-pihak yang bekepentingan milih fakta mana yang mau ditonjolin (salience) dan mana yang mau disembunyiin.

Tujuannya? Biar kita ngeliat masalah, penyebab, dan solusinya sesuai sama "bingkai" yang mereka buat. Ada 4 jurus utamanya Entman:

1. Define Problems: Masalahnya sebenernya apa sih?

2. Diagnose Causes: Gara-gara siapa atau apa nih?

3. Make Moral Judgments: Siapa yang bener, siapa yang salah?

4. Suggest Remedies: Terus, jalan keluarnya gimana?

dan, langsung kita bedah artikelnya!

1. Masalahnya Apa Sih? (Define Problems)

Ilustrasi pertanyaan (pexels.com/@pixabay/)
Ilustrasi pertanyaan (pexels.com/@pixabay/)
Di artikel ini, masalah utamanya ternyata bukan soal "pemerintah gak mau kasih status Bencana Nasional", tapi lebih ke "masalah bingung istilah". Judulnya aja udah nanya, "Apa Maksud Status Prioritas Nasional?", heheheheh

Pinter banget nih framing-nya. Jadi, seolah-olah masalah utamanya adalah kita (masyarakat) yang belum paham soal beda-beda istilah birokrasi, bukan soal korban yang terlantar. Media di sini ngambil peran sebagai "guru" yang mau ngelurusin salah paham.

Kalo artikel ini bilang masalahnya adalah "Penolakan Status", pasti nadanya bakal panas dan nyerang pemerintah. Tapi dengan nanya "Apa Maksudnya?", nadanya jadi adem. Cuma ya itu, jeritan Pemda yang duitnya abis buat nanganin bencana jadi agak ketutup sama diskusi soal definisi kata-kata ini, sudah keliatan agak terang?!

2. Gara-gara Siapa Nih? (Diagnose Causes)

Ilustrasi Diagnose Causes (pexels.com/@yankrukov/)
Ilustrasi Diagnose Causes (pexels.com/@yankrukov/)
Kenapa kok gak jadi Bencana Nasional? Artikel ini ngejawab, "Pemda masih jalan kok!"

Narasi yang dibangun tuh gini, Status Bencana Nasional gak dikasih bukan karena pusat pelit, tapi karena aturan main alias Undang-Undang bilang begitu. Selama Gubernur dan Bupati masih bisa ngantor dan pemerintahan gak lumpuh total, ya gak bisa dibilang Bencana Nasional.

Ini diagnosis yang "aman" banget. Penyebabnya bukan orang jahat, tapi aturan hukum. Tapi kita mesti kritis juga, "berfungsinya pemerintahan" secara fisik (kantor buka) itu beda lho sama "berfungsinya dompet" (anggaran ada). Artikel ini cenderung nerima aja alasan pemerintah bahwa "selama pemda ada = gak butuh status nasional".

3. Penilaian Moralnya Gimana? (Make Moral Judgments)

Ilustrasi Moral Judgments (pexels.com/@lu62/)
Ilustrasi Moral Judgments (pexels.com/@lu62/)
Di sini, pemerintah pusat dikesanin tetep punya niat baik. Istilah "Prioritas Nasional" itu sendiri kan kedengeran positif banget ya? Artinya Sumbar tetep diutamakan dan dianggap penting.

Secara gak langsung, artikel ini bilang: "Pemerintah peduli kok, cuma labelnya aja beda." Pesan moralnya jelas, yang penting itu bantuannya nyampe, bukan status di atas kertas.

Pejabat dikutip bilang, "Yang penting penanganannya, bukan statusnya." Ini ngajak kita buat mikir praktis. Tapi buat korban di lapangan, status "Bencana Nasional" itu kadang dianggap sebagai bentuk empati dan pengakuan negara lho. Nolak status itu bisa kerasa agak "dingin". Tapi artikel ini ngejaga biar gak terlalu drama, fokusnya ke "bantuan tetep jalan".

4. Solusinya Apa Dong? (Suggest Remedies)

Ilustrasi solusi (pexels.com/@pixabay/)
Ilustrasi solusi (pexels.com/@pixabay/)
Nah, solusi yang ditawarin artikel ini simpel, Terima aja status "Prioritas Nasional" ini.

Artikelnya nyaranin (secara halus) buat percaya sama mekanisme bantuan pusat lewat Inpres atau dana siap pakai BNPB. Gak usah ngeributin status hukum yang bakal bikin ribet karena ngambil alih wewenang Pemda. Katanya sih, kolaborasi pusat-daerah itu jalan terbaik.

Jadi solusinya lebih ke teknis seperti percepat logistik, turunin alat berat, cairin dana. Bukan solusi politik ganti status.

Kesimpulannya, Oke Apa Enggak?

Setelah kita bedah pake cara Entman, keliatan banget kalau artikel ini ngambil posisi penengah yang adem.

Kerennya,
Bisa ngeredam emosi publik. Dengan ngejelasin teknis hukumnya, orang jadi ngerti kalau "Bencana Nasional" itu syaratnya emang berat (Pemda harus lumpuh total). Jadi gak asal marah-marah.

Kurangnya,
Masalahnya jadi keliatan simpel banget. Padahal, status "Prioritas" itu belum tentu punya kekuatan "sakti" kayak Bencana Nasional buat merintah kementerian lain lho. Dan soal Pemda yang udah ngos-ngosan duitnya kurang digali lebih dalem.

Intinya,
Media di sini ngebingkai isu ini sebagai miskonsepsi publik yang perlu dilurusin, bukan sebagai ketidakadilan. Mereka nonjolin niat baik pemerintah (substansi) dan ngecilin isu soal krisis anggaran daerah.

Buat kita yang baca, framing ini ngajak kita buat "legowo" dan percaya proses. Tapi tetep ya, kita harus kawal terus! Jangan sampe janji manis "Prioritas Nasional" ini cuma enak di denger tapi lelet di lapangan. Soalnya dalam teori framing, apa yang gak dibilang itu kadang sama pentingnya sama apa yang dibilang.
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!
-
yeterangkat.