3 Alasan Kenapa Jerman Lolos Piala Dunia

3 Alasan Kenapa Jerman Lolos Piala Dunia

3 Alasan Kenapa Jerman Lolos Piala Dunia
Ilustrasi supporter Jerman (pexels.com/@silverkblack/)
Dibaca normal sekitar 5 menit
oleh Darwadi

Jerman lolos ke Piala Dunia 2026 setelah ngehajar Slowakia, ngga main-main, 6-0!

Kalo dilihat dari kacamata filsafat Jerman yang ribet itu, ini bukan cuma soal skor doang, tapi lebih kayak bukti kalo etos mereka itu works banget. Intinya sih cuma dua, dan ini wajib kita pahami, Disiplin Sistematis dan Nggak Egois (Roh Kolektif). Ini bukan tim yang main pakai emosi, tapi pakai spreadsheet

1. Wajib Militer (Pflicht) ala Kant: Tiada Kata Malas!

Ilustrasi Bangku Pemain (pexels.com/@rednguyen)
Ilustrasi Bangku Pemain (pexels.com/@rednguyen)
Si Kant, bapak filsuf dari dulu, selalu bilang Pflicht (kewajiban) itu nomor satu! Kita harus lakuin tugas kita, titik. Nggak peduli kita lagi bad mood, lagi mager, atau lagi nggak semangat. Pokoknya lakukan! Ini yang disebut duty for duty's sake, tugas demi tugas itu sendiri.

Dalam bola, kelolosan ini bukan hasil hoki, bukan skill individu yang tiba-tiba muncul, dan bukan pula karena pelatih lagi on fire. Ini hasil dari patuh total ke sistem, coba bayangin, Passing harus akurat 90%, marking wajib ketat kayak perangko, posisi wajib pas di zona yang ditentukan. Semua itu kayak "Perintah Mutlak" (Categorical Imperative) yang nggak bisa ditawar. Ini adalah grind harian yang membosankan. Latihan jam 5 pagi, diet ketat tanpa ampun, analisis video lawan yang bikin ngantuk, semua itu dijalankan karena itu adalah kewajiban.

Buat mereka, yang penting bukan party yang heboh setelah menang, tapi prosesnya yang harus rapi, terstruktur, dan terukur. Menang itu cuma efek samping logis kalau semua orang menjalankan "kewajiban" dengan otak dingin. Misalnya, kita dapet penalti di menit akhir. Kantian bakal bilang, "Tembak dengan teknik sempurna, karena itu adalah tugas. Jangan berharap hoki atau drama." No drama, only efficiency.

Ini bukti kalau Systematik yang kaku dan tanpa emosi itu emang menghasilkan. Keberhasilan Jerman bukan soal talenta super mahal yang jago dribbling solo, tapi soal dedikasi super konsisten yang dilakukan oleh semua orang. Tugend (kebajikan) di lapangan itu bukan gaya-gayaan, tapi rajin, metodis, dan predictable. Keren kan? Mereka kayak robot super canggih yang diprogram buat menang.

2. Semangat Gotong Royong (Geist) ala Hegel: No Star Syndrome!

Ilustrasi team work (unsplash.com/@nataliepedigo)
Ilustrasi team work (unsplash.com/@nataliepedigo)
Hegel bilang, sejarah itu kayak Roh (Geist / Spirit) yang terus berkembang. Nah, Timnas Jerman ini ibarat perwujudan Roh Bangsa (Volksgeist) yang lagi healing dan upgrade setelah beberapa kali zonk. Ini soal Harmonisasi Individu di mana ego tiap pemain itu dilenyapkan demi tujuan tim yang jauh lebih gede. Nggak ada tempat buat primadona atau star syndrome di sini.

Kemenangan atas Slowakia itu kayak flash sale di mana Geist Jerman muncul paling rasional di lapangan. Timnya bertransformasi jadi Satu Badan (Entitas Organik), bergerak bareng kayak robot yang diprogram sempurna. Semua orang punya peran yang sama pentingnya, entah itu striker yang cetak gol atau defender yang buang bola ke samping.

Konsep dialektikanya gampang, Tesisnya (Tim Lama yang overconfident dan gagal total) ketemu Antitesisnya (Kalah memalukan di babak grup), dan hasilnya sekarang adalah Sintesis, Tim Baru yang kelihatan lebih humble, tapi justru mematikan. Menurut Hegel, sakit atau kegagalan itu perlu banget, biar Geist bisa makin paham diri, revisi habis-habisan, dan jadi makin ultimate. Ini bukti bahwa Geist itu belajar dari kesalahan dan selalu mencari wujud yang paling sempurna. Intinya, the team is the star.

3. Self-Improvement No Jutsu!

Ilustrasi Self-Improvement (pexels.com/@karola-g/)
Ilustrasi Self-Improvement (pexels.com/@karola-g/)
Oke, udah lolos Piala Dunia 2026. Happy ending? Belum! Filsafat Jerman ngajarin kita buat jangan cepat puas. Ini cuma konfirmasi sementara, kayak nilai A di semester satu. Fokusnya harus tetap di Streben (berjuang terus) atau Self-Improvement yang nggak ada habisnya (Selbstverbesserung).

Menang itu bukan garis finish atau tempat buat leha-leha, tapi cuma checkpoint buat kita naikin standar kedisiplinan dan sistem kita lagi. Selbstverbesserung itu bukan tren diet musiman, tapi mentalitas abadi yang selalu mencari marginal gains, perbaikan kecil yang terus-menerus. Mereka nggak pernah bilang, "Oke, kita udah sempurna." Mereka selalu bilang, "Oke, apa lagi yang bisa kita perbaiki?"

Pesta sebentar aja (maksimal dua jam, itu pun sambil analisis video!), habis itu balik ke mode serius. Kenapa? Karena musuh utama mereka itu Kelengahan (* complacency*). Kalau udah merasa Ultimate dan mulai santai, di situlah bakal jatuh. Lawan terbesar Systematik adalah santai yang berlebihan. Jadi, disiplin adalah kunci, as always. Geist menuntut untuk terus berjuang.

Btw, para pemain pada makan apa ya waktu SD, eh!
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!
-
yeterangkat.