Melihat Cara Bicara dan Sifat yang Tersembunyi

Melihat Cara Bicara dan Sifat yang Tersembunyi

Melihat Cara Bicara dan Sifat yang Tersembunyi
Ilustrasi Meihat Cara Bicara dan Sifat yang tersembunyi(Gemini)
Dibaca normal sekitar 5 menit
oleh Darwadi

Pernah ngbrol sama seseorang dan kata-katanya sopan banget, rapi, tapi perasaan berkata lain, sepertinya ada yang nggak beres? dan bis jadi itu bukan persaaan kita aja. Sebuah artikel dari ScienceAlert bahas soal ini. Cara kita ngomong dari mulai dari nada, kecepatan, sampai iramanya bisa ngemembuka tabir rahasia soal kepribadian kita, termasuk gangguan kepribadian seperti "Dark Triad" yaitu Narsisisme, Machiavellianisme, dan Psikopati.

Intinya, pada artikel itu, kalau suara kita itu selalu jujur. Meskipun kita coba sembunyikan sifat asli, pola suara kita seperti nada tinggi-rendahnya atau kecepatannya sering kali membocorkan keadaan mental kita yang sebenernya. Studi menunjukan kalau orang-orang yang narsis atau punya bakat psikopat punya ciri khas suara yang bisa dideteksi, walaupun kuping orang awam mungkin ngga sadar.

Tulisan ini bakal ngupas temuan itu tapi dengan gaya yang lebih santai. Kita bakal liat dari sisi Psikologi, Ilmu Komunikasi, dan yang paling penting, bagaimana kalau teori ini dipake di Indonesia? Karena budaya kita beda banget sama budaya Barat tempat penelitian ini dibuat. Apakah orang yang ngomongnya pelan di Jawa itu psikopat? Belum tentu!

Suara Itu Jendela Jiwa

Ilustrasi Suara Jendela Jiwa (Gemini)
Ilustrasi Suara Jendela Jiwa (Gemini)
Secara psikologis, temuan ini sebenernya sesuai dengan teori lama dari H.M. Cleckley di bukunya The Mask of Sanity. Orang psikopat atau narsis itu jago banget pake topeng buat nutupin kalau mereka sebenernya kurang empati, however, sistem saraf manusia susah diajak bohong, dan ketahuanlah melalui suara.

Sifat narsis kadang tidak langsung kelihatan saat pertama kali bertemu tapi orang narsis itu punya kebutuhan besar banget buat jadi pusat perhatian dan mendominasi obrolan. Kalau didengerin baik-baik, suara mereka biasanya lebih keras, sering motong omongan orang, atau nadanya kayak orang yang lagi ngasih perintah (bukan nanya).

Ini sebenernya cara alam bawah sadar mereka buat bilang, "Hei, gue bosnya" tapi ada juga narsis tipe "kalem" atau covert narcissist. Mereka mungkin nggak teriak-teriak tapi pola intonasinya dibikin sedemikian rupa biar kita kasihan atau muji-muji mereka.

Orang dengan sifat psikopati cenderung ngomong dengan emosi yang minim atau istilahnya affective flattening atau emosi yang tumpul. Karena psikopat nggak ngerasain takut, sedih, atau seneng kayak orang biasa, suara mereka jadi kedengeran monoton, kayak robot, atau terlalu diatur. Mereka nggak ngomong pake hati, tapi pake otak. Mereka mikir keras "gue harus ngomong apa ya biar orang percaya?", makanya kadang ada jeda yang aneh atau ritme bicaranya lambat banget dan penuh perhitungan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Charlotte Entwistle melalui contoh ekstrem dari Jurnal Analysing the personal letters of Austrian serial killer Jack Unterweger

Tubuh Nggak Bisa Bohong

Ilustrasi Tubuh tidak bisa bohong (Gemini)
Ilustrasi Tubuh tidak bisa bohong (Gemini)
Ada yang bilang kalau kata-kata itu cuma 7% dari komunikasi, sisanya itu nada suara dan bahasa tubuh.

Kalau kita diskusi atau ngbrol sama orang yang manipulatif dan terus terasa "ih kok nggak nyaman ya", itu ada penjelasannya. Namanya Expectancy Violations Theory atau Teori Pelanggaran Harapan. Kita sebenernya punya standar bawah sadar tentang gimana ritme ngobrol yang asik.

Studi bilang, orang yang manipulatif atau Machiavellian sering ngerusak ritme ini. Mereka mungkin jawabnya kecepetan dengan tujuan biar bisa nyetir pembicaraan atau kelamaan buat nyusun kebohongan. Ketidaksinkronan kecil ini yang bikin kita ngerasa ilfeel atau aneh, meskipun kalimat mereka terdengar masuk akal.

Ada juga konsep non-verbal leakage. Tubuh dan suara kita itu sering "bocor" ngasih tau kebenaran yang coba ditutupin sama mulut. Suara itu paling susah dikontrol dibanding muka. Seorang psikopat mungkin jago masang senyum palsu, tapi untuk sampai terdengar "hangat" dan tulus itu susah banget karena pita suara kita bereaksi langsung sama saraf.

Studi itu mengajarkan kita buat jadi pendengar yang lebih peka. Tidak hanya mendengar "apa" yang diomongin, tapi dengerin juga "gimana" cara ngomongnya. Kalau ada orang cerita sedih banget tapi nada suaranya datar-datar aja, coba perhatikan lebih dalam, hehehehe.

Penelitian tadi kebanyakan dilakukan di negara Barat seperti Amerika dan/atau Eropa, yang secara budaya sangat berbeda dengan Indonesia. Kalau kita telan mentah-mentah di Indonesia, bisa bubarrrr. Jadi orang Indonesia itu "halus" bukan berarti psikopat, kalau teori ini dipake di Jawa, bisa-bisa semua orang tua dan priyayi dituduh psikopat, padahal di budaya kita, bicara pelan dan terkontrol itu tanda sopan santun (Unggah-ungguh). Konsep "halus" di Jawa nuntut kita buat nahan emosi demi kerukunan. Jadi, pemimpin yang ngomongnya monoton dan lambat itu justru bisa dianggap bijaksana dan berwibawa di sini, bukan dianggap orang jahat.

Jadi, orang yang ngomongnya pelan dan tertata banget di Indonesia mungkin cuma lagi berusaha sopan, bukan lagi nyembunyiin niat jahat, muskipun bisa aja sih dua-duanya, hhehehehehe

Orang Indonesia itu budayanya suka yang tersirat, bukan yang tersurat atau blak-blakan. Di sini, manipulasi suara itu levelnya lebih canggih.
Kalau di Barat orang jahat mungkin kedengeran dingin, di Indonesia penipu ulung justru bisa jadi suaranya paling ramah, paling manis, dan paling sopan. Narsisis di sini mungkin nggak bakal teriak-teriak, tapi bakal merendah untuk meninggi atau istilahnya humblebragging, merendah untuk meninggi, dengan nada yang super halus.

Jadi, buat kita orang Indonesia terkadang bahayanya bukan di suara yang datar atau aneh, tapi justru di suara yang "terlalu sempurna". Topeng kewarasan di sini bisa dijahit pake benang kesopanan.

Hal Ini relevan sama dunia politik di Indonesia. Nada atau ritme bicara seseorang berubah drastis saat bahas topik tertentu, itu bisa jadi tanda sedang "ada" sesuatu tapi karena kita orang Indonesia sering sungkan (ewuh pakewuh), ya kita maklumin aja itu sebagai "gaya bicara" muskipun kita harus perhatikan lebih dalam lagi, dan tidak bisa sekali memperhatikan langsung bisa menyimpulkan, karena memang kompleks sekali. Biologis emang nggak bohong dan karena gara-gara stres pun juga bikin suara berubah dan budaya juga sangat berpengaruh.

Banyak dari kita dididik buat jadi sopan, tapi kurang diajarin buat ngekspresiin emosi yang jujur. Akibatnya, banyak orang Indonesia punya "suara topeng" dan kiita harus pinter-pinter bedain mana yang sopan beneran, mana yang manis tapi kosong.

Intinya, artikel ScienceAlert ini cukup bagus untuk menambah wawasan tapi untuk di Indonesia, alarm bahaya kita jangan nyala pas denger suara kasar atau keras.

Referensi
sciencealert.com, 2025, https://www.sciencealert.com/the-way-you-speak-can-signal-hidden-personality-disorders-research-shows
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!
-
yeTerangkat, tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!