Asal Cukup buat Makan

Asal Cukup buat Makan

Asal Cukup buat Makan
Ilustrasi Asal Cukup buat Makan (Gemini)
Dibaca normal sekitar 7 menit
oleh Darwadi

Baca berita di Kompas tanggal 18 Desember 2025 yang berjudul " Ketika UMR Tak Cukup Hidup Layak, Pekerja Bertahan dari Gaji ke Gaji" rasanya sedih. Beritanya bicara fakta yang sebenernya udah jadi rahasia umum, UMR (atau sekarang UMP) di kota kayak Jakarta, seringnya cuma cukup buat napas aja, nggak cukup buat "hidup" beneran.

UMP Jakarta tahun 2025 itu Rp5.500.000. Kedengerannya gede,tapi melansir dari cnbcindonesia.com, ''survei Biaya Hidup (SBH) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 lalu mencatat bahwa pengeluaran konsumsi rata-rata di Jakarta adalah Rp 14,88 juta per bulan". Tahun 2022 dengan asumsi pengeluaran, bukan pendapatan. Dengan realita yang ada, sepertinya banyak pekerja terpaksa nunda mimpi, ngekos di kamar sempit tanpa jendela, makan seadanya demi nabung recehan, atau ya baca tulisan ini, heheheheh

Sering banget pas kita ngeluh, para "motivator" atau orang kaya malah bilang, "Ah, kamu kurang bersyukur," atau "Kurangi dong ngopi cantiknya!" Mereka kok nyalahin gaya hidup kita ya. Padahal, masalahnya bukan di kopi yang kita minum, tapi emang sistemnya yang bikin kita kejepit, dan sepertinya begitu, bukan blaming lho. Indonesia dari jaman Pak Harto di label sebagai negara sedang berkembang atau developing country, bukan negera berkembang atau developed country, lalu, kita masih menjadi comodities based country, berarti negara yang masih berbasis komoditas(yang katanya pemerintah mau ngbalap ekonomi agar bersaing dengan cara hilirisasi) however, ini indikasi secara ekonomi kita masih agak tertinggal jauh, singkatnya kemiskinan kita itu bukan karena kita males, tapi emang udah didesain dari sananya.

Gaji Itu Bukan "Hadiah", Tapi Biaya Perawatan

Ilustrasi Gaji itu bukan hadiah (Gemini)
Ilustrasi Gaji itu bukan hadiah (Gemini)
Biasanya orang mikir gaji itu "imbalan" yang dirasa adil buat kerjaan kita. Kita kerja sebulan, dibayar sebulan. Terasa adil? Tapi kalo dirasa-rasa, yang sebenernya terjadi itu jual-beli yang unik. Kita jual Tenaga Kerja (Labor Power), kita jual kemampuan kita buat kerja dalam waktu tertentu.

Terus, berapa harganya? Sama kayak bensin harganya diitung dari biaya olah minyak, harga tenaga kita (gaji) itu diitung dari biaya buat balikin tenaga kita lagi, artinya, gaji UMR itu didesain cuma bisa makan, punya atap, dan cukup sehat buat bangun besok pagi terus kerja lagi di pabrik atau kantor. Gaji itu nggak didesain buat bikin kamu kaya, happy, atau liburan ke Bali setahun dua kali, apalagi umroh atau naik haji.

Pas Kompas bilang pekerja "bertahan dari gaji ke gaji", ya bener sih, eh jadi inget Upah Subsistensi. Salah satu ciri sistem yang kayaknya kita pake sekarang sepertinya emang punya hobi neken upah serendah mungkin, sampe batas di batas minimal.

Jadi, pembelaan pertama buat kita, jangan merasa bersalah kalau gaji cepet abis! Itu bukan karena boros. Itu karena gaji emang diitung ngepas sama sistem.

Ilusi "Hidup Layak" dan Definisi "Syukur"

Ilustrasi Hidup Layak dan Definisi Syukur (Gemini)
Ilustrasi Hidup Layak dan Definisi Syukur (Gemini)
Yang menarik dari berita Kompas itu soal jarak antara UMP (Rp5,5 juta), Di sini nih ada perang kelas yang diem-diem tapi sadis. Buat pemilik modal, definisi "hidup layak" buat pekerja tuh diteken sampe level biologis aja, "Asal nggak mati kelaparan, ya udah cukup"

Padahal buat pekerja, hidup layak itu ya termasuk pendidikan anak, jalan-jalan, internet buat belajar, rumah yang manusiawi, sama kesehatan mental yang waras. Kebutuhan manusia itu berkembang, nggak cuma urusan perut, dan saat kita ngeluh lalu kita disuruh bersyukur, hmmm rasa-rasanya ada yang salah sih...

Minta upah di atas UMR atau menuntut kelayakan hidup pada pemerintah itu bukan berarti kita manja, itu usaha atau ikhtiar buat ngerebut balik kemanusiaan kita. Seharusnya, kita kerja buat hidup, bukan hidup buat kerja. Kalo gaji nggak cukup buat hobi atau makan enak sesekali, rasa-rasanya ada hak yang diambil deh.

Jadi, pas berita Kompas nyorot pekerja yang harus cari side job atau lembur gila-gilaan, itu ironis sih. Kita udah capek di kerjaan utama, eh dipaksa capek lagi di luar jam kerja cuma gara-gara "jatah" kita diambil orang lain, eh masih lagi ditambah p*j*k ini itu.

Misteri Nilai Lebih

Ilustrasi nilai lebih (Gemini)
Ilustrasi nilai lebih (Gemini)
Bagian paling sedih dari bagian ini soal "budaya pasrah". Banyak yang takut minta naik gaji atau resign walaupun kerjaannya toxic dan gajinya kecil. Hal ini ada yang nyebutnya Industrial Reserve Army atau "Pasukan Cadangan Tenaga Kerja".

Di Indonesia yang penduduknya banyak banget, selalu ada ribuan orang yang ngantre buat posisi kita. Pengangguran itu bagi sistem yang kita pake sekarang sepertinya bukan masalah yang gimana-gimana, tapi malah fitur yang menguntungkan sistem hari ini.

Antrean pelamar kerja di luar sana dipake buat nakut-nakutin orang yang udah kerja. "Kalo kamu nggak mau gaji segini, ya udah keluar aja. Di luar sana ada 100 orang yang mau gantiin kamu dengan gaji lebih murah!" atau ada istilah, "lebih baik capek kerja daripada capek nganggur", pernah denger ungkapan itu?

Ancaman inilah yang bikin upah tetep rendah dan biasanya stagnan di UMR. Ini bukan karena kita nggak punya skill, tapi karena posisi tawar kita dilemahin sama sistem.

Jadi, sobat, jangan saling nyalahin. Jangan sinis sama temen yang nganggur atau yang mau dibayar murah. Pembelaan terbaik ya solidaritas. Serikat pekerja atau komunitas itu bukan hal lama.

Asing di Kota Sendiri (Alienasi)

Ilustrasi Asing di Kota Sendiri
Ilustrasi Asing di Kota Sendiri
Poin terakhir yaitu soal dampak psikologis. Pekerja ngerasa capek, burnout, dan hidup kayak robot. Bangun, macet-macetan, kerja, pulang, tidur, ulang lagi, ada yang bilang ini Alienasi (Keterasingan).

Di sistem hari ini, kita jadi asing dari;
  1. Hasil kerja kita: Kita bikin mobil, tapi nggak kebeli mobil. Kita bangun apartemen mewah, tapi kita tinggal di kontrakan gang sempit.
  2. Proses kerja kita: Kita diatur jam, target, sama KPI, tapi kita nggak punya kendali atas kreativitas sendiri, bisa sih, tapi biasanya udah capek duluan
  3. Diri kita sendiri: Potensi kita sebagai manusia (buat bermusik, melukis, main PS) dipangkas abis karena waktu kita abis dijual cuma buat bertahan idup.

Di Kompas bilang, ada pekerja yang harus nunda nikah atau nggak punya waktu hiburan. Itu bentuk alienasi yang nyata banget. Kita jadi asing sama kemanusiaan kita sendiri karena hidup kita didedikasikan untuk ...


Referensi
cnbcindonesia.com, 2025, https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20250520155220-33-634742/benarkah-hidup-di-jakarta-butuh-gaji-rp15-juta-ini-hitungan-bps

kompas.com, 2025, https://megapolitan.kompas.com/read/2025/12/18/06265991/ketika-umr-tak-cukup-hidup-layak-pekerja-bertahan-dari-gaji-ke-gaji?page=all#page2
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!
-
yeTerangkat, tempat ide ketemu hati nurani dan ditulis!