28 Oktober 2025 9:22 pm

Brain-Rot: Pengertian Thoreau VS. saat ini

Brain-Rot: Pengertian Thoreau VS. saat ini
Ilustrasi brain-rot (unsplash.com/@gasparuhas)
dibaca normal sekitar 7 menit
oleh Darwadi

Istilah brain-rot sempat menjadi trending beberapa waktu lalu, mungkin hingga tulisan ini diturunkan. Istilah brain rot sendiri dinobatkan menjadi Oxford Word of the Year 2024. Hal ini menandakan betapa fenomenalnya aktivitas sosial kita hingga dipilihnya istilah bernama brain-rot.

Menurut BBC, istilah brain-rot pertama kali muncul pada tahun 1851 melalui tulisan Henry David Thoreau berjudul Walden. BBC menulis, "The first recorded use of brain rot dates much before the creation of the internet - it was written down in 1854 by Henry David Thoreau in his book Walden." Masih dilansir dari BBC, Thoreau mengkritik kecenderungan masyarakat yang meremehkan ide-ide kompleks dan bagaimana hal itu menjadi bagian dari penurunan umum dalam upaya mental serta intelektual manusia.

1. Lalu, siapakah sebenarnya Henry David Thoreau?

Henry David Thoreau, Wikipedia
Henry David Thoreau, Wikipedia
Dilansir dari britannica.com, ia lahir pada 12 Juli 1817 di Concord, Massachusetts, Amerika Serikat, dan meninggal pada 6 Mei 1862. Ia merupakan penulis esai, penyair, sekaligus filsuf praktis yang menghayati doktrin Transendentalisme, seperti tergambar dalam karyanya Walden (1854), tempat istilah brain-rot pertama kali ditulis. Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, Transendentalisme adalah gerakan sastra, filsafat, religius, dan politik yang lahir di Amerika Serikat pada abad ke-19. Gerakan ini dipelopori oleh Ralph Waldo Emerson dan Henry David Thoreau.

Transendentalisme merupakan cara pandang hidup yang menekankan adanya realitas lebih tinggi daripada pengalaman inderawi dan rasionalitas logis manusia. Artinya, kebenaran tertinggi tidak datang dari logika atau eksperimen ilmiah, melainkan dari intuisi dan pengalaman spiritual langsung.

Aliran ini juga meyakini bahwa jika manusia ingin menemukan Tuhan atau makna hidup, cukup dengan menyatu dan merenung melalui alam. Kebahagiaan serta moralitas sejati akan muncul bila seseorang hidup mengikuti suara nurani, bukan sekadar aturan eksternal.

Masih menurut britannica.com, Transendentalisme mulai muncul di Amerika pada tahun 1837, saat Ralph Waldo Emerson menetap di Concord, Massachusetts. Kala itu merupakan tahun kedua Thoreau di Harvard. (Berdasarkan penelusuran Google Maps, jarak dari Concord ke Harvard sekitar 22,5 km atau sekitar 22 menit berkendara melalui rute tercepat) dan menjelang awal 1840-an, Thoreau secara resmi menekuni profesi penyair.

2. Ketika Transendentalisme Menemukan Medianya

The Dial edisi 1, walden.org
The Dial edisi 1, walden.org
Dipimpin oleh Emerson, kaum Transendentalis kemudian memulai sebuah majalah bernama The Dial. Dilansir dari massmoments.org, edisi pertama majalah The Dial diterbitkan di Boston. Menurut walden.org, The Dial adalah satu-satunya jurnal yang diterbitkan oleh kelompok New England Transcendentalists, yang terdiri dari empat volume (1840-1844). Majalah ini dimodelkan dari terbitan Eropa seperti The Monthly Magazine di Inggris dan jurnal Amerika The Western Messenger, dengan isi berupa puisi, prosa, serta kritik sastra dan musik.

3. Awal Mula Istilah yang Menyelami Dekadensi Pikiran

Walden Book, wikipedia
Walden Book, wikipedia
Perjalanan karya Thoreau tidak berhenti di The Dial, justru dari karya selanjutnyalah Istilah brain-rot pertama kali muncul dalam buku Walden karya Thoreau (1854) pada bab “Conclusion”, dengan kutipan lengkap sebagai berikut:

“Why level downward to our dullest perception always, and praise that as common sense? The commonest sense is the sense of men asleep, which they express by snoring... While England endeavors to cure the potato-rot, will not any endeavor to cure the brain-rot, which prevails so much more widely and fatally?”

Jika dialihbahasakan, kira-kira maknanya:

“Mengapa kita selalu menurunkan standar hingga ke persepsi terendah kita, dan memuji itu sebagai akal sehat? Akal sehat yang paling umum adalah akal sehat orang yang tertidur, yang mereka ungkapkan dengan mendengkur... Sementara Inggris berusaha menyembuhkan penyakit busuk kentang, mengapa tidak ada upaya untuk menyembuhkan penyakit pembusukan otak, yang jauh lebih luas dan mematikan?”

Menurut Oxford English Dictionary, brain-rot diartikan sebagai hilangnya kecerdasan atau keterampilan berpikir kritis, khususnya yang disebabkan oleh konsumsi berlebihan terhadap konten atau materi yang tidak menantang maupun tidak relevan.

4. Makna Mendalam Brain-Rot Menurut Thoreau

Ilustrasi makna mendalam, unsplash.com/@sashafreemind
Ilustrasi makna mendalam, unsplash.com/@sashafreemind
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Bill Chappell dari NPR.org pada pakar sastra Cristin Ellis dari University of Mississippi, yang juga memiliki otoritas dalam studi Thoreau, menjelaskan:

“Bagi Thoreau, 'kerusakan otak menggambarkan apa yang terjadi pada pikiran dan jiwa kita ketika kita menekan naluri bawaan kita untuk rasa ingin tahu dan penasaran," kata Ellis, "dan malah sebaliknya, kita menyerah pada kebiasaan yang tidak mencerminkan diri kita, seperti kebiasaan untuk menyesuaikan diri, bertahan, mengejar keuntungan, mengobrol tentang berita terbaru."

Dalam konteks saat ini, istilah brain rot dianggap sebagai hal buruk, semacam peringatan tentang apa yang bisa terjadi jika kita terlalu terdistraksi. “Saya pikir definisinya terkait, tapi pengertian Thoreau tentang ‘brain rot’ jauh lebih ekstrem,” ujar Ellis.“Bukan hanya tren joget TikTok, tetapi hampir seluruh budaya media 24/7 kita, termasuk berita ‘serius’ di koran, yang oleh Thoreau akan dituduh telah mengabaikan pikiran kita,” tambahnya.

“Thoreau benar-benar menghargai pengalaman langsung daripada kebiasaan kita mengonsumsi ide orang lain secara tidak langsung,” kata Ellis. “Dia ingin kita keluar untuk merasakan dan berpikir sendiri; mengenal tempat di mana kita sebenarnya tinggal.”

“Saya pikir dia akan melihat kita berada dalam situasi yang kurang lebih sama seperti masyarakat di zamannya,” lanjut Ellis. “Dia tidak punya waktu untuk keluhan bahwa masyarakat masa lalu lebih baik, lebih mulia, atau lebih cerdas daripada masa kini.”

Segera setelah Thoreau mengangkat isu “penyusutan otak” dalam Walden, ia memperingatkan pembaca agar tidak terdistraksi oleh isu degradasi intelektual masyarakat. Ia kembali ke tema utama, manusia harus berfokus pada pencapaian pribadi mereka.

"Intinya di sini adalah, terlepas dari apakah keadaan sekarang lebih buruk daripada sebelumnya (dan secara umum ia skeptis terhadap nostalgia semacam itu), tugas kita setiap saat tetap sama: berusaha sekuat tenaga untuk berkomitmen pada hal-hal yang paling berarti dalam hidup kita yang singkat dan penuh keajaiban ini," kata Ellis. Fokuskan perhatianmu pada apa yang kamu ketahui di lubuk hatimu dan benar-benar penting: makna, keindahan, cinta, keajaiban, dan rasa syukur atas bumi ini.

Sumber :
Tulisan lainnya
Social Media
kontak yeTerangkat
yuhuuuterangkat@gmail.com
-
yeTerangkat
ruang cerita yang menumbuhkan harapan dan kehidupan berkelanjutan
-
yeterangkat.